Jika Anda ingin bertemu dengan seorang yang sangat terkenal, katakanlah, penulis atau pelukis, siapa yang paling ingin Anda temui? Ernest Hemingway? Pablo Picaso? T. S. Eliot? Hampir semua orang yang ingin Anda temui dari daftar penulis atau pelukis pernah menjelajah Paris, atau setidaknya menurut film yang berjudul "Midnight in Paris."
Jika Anda sudah pernah menonton film ini, menontonnya untuk ke sekian kalinya akan menjadi sebuah nostalgia yang indah. Jika Anda sudah lupa bagaimana atmosfer yang sudah Anda dapatkan ketika menonton film yang indah ini, izinkan saya untuk menerbangkan Anda kembali ke Paris, atau memberikan sedikit suasana Paris bagi Anda semua yang ingin pergi ke sana.
"Midnight in Paris" menceritakan tentang seorang seorang penulis naskah film yang sedang membanting setir sebagai penulis novel, Gil Pender, dan keluarga tunangannya, Inez, yang melakukan perjalanan bisnis ayah Inez ke Paris. Di sini, kita bisa melihat bahwa orangtua Inez adalah orang kaya dan Gil adalah seorang penulis naskah yang cukup baik. Namun, keputusannya untuk menjadi penulis novel kurang disetujui oleh Inez, terlebih ketika orangtua, anak dan calon menantu itu secara tidak sengaja bertemu dengan Paul dan Carol, teman sekolah Inez yang terkenal cerdas, ketika sedang makan siang di sebuah restoran.
Anda akan melihat bahwa Paul berkali-kali menunjukkan "kemampuannya" di setiap kesempatan yang ada, seolah dia telah membaca semua buku dan artikel yang pernah dibuat tentang sejarah Paris, anggur dan seni.
Hal terbaik yang Anda dapatkan dari perjalanan kedua pasangan yang diganggu oleh kedatangan Paul adalah ketika Gil tersesat ketika akan kembali ke Hotel Bristol. Ketika lonceng tengah malam berbunyi, dia tengah duduk di sebuah tangga di bawah lampu-lampu redup kota Paris. Saat itulah dia diangkut oleh sekelompok orang yang berada di dalam Peugeot. Orang-orang dengan segelas champagne di tangan itu membawa mereka ke sebuah pesta yang diadakan oleh Jean Cocteau. Dia disambut oleh Cole Porter yang menyanyikan lagu Let's Do It.
Kebingungannya pada suasana dan cara orang-orang di sana berpakaian menarik perhatian Zelda Fitzgerald yang membuatnya bertemu dengan Scott Fitzgerald. Kejadian menjadi begitu cepat ketika Gil semakin menunjukkan kebingungannya bahwa tidak mungkin dia terjebak di Paris pada tahun 1920-an.
Dari situlah, duo Fitzgerald mempertemukan Gil dengan orang-orang terkenal lainnya, seperti Ernest Hemingway, Pablo Picaso dan Adriana yang menjadi inspirasi Pablo di salah satu lukisannya. Hal itu juga membuka kesempatan bagi Gil menyerahkan novelnya untuk dievaluasi oleh Gertrude Stein. Perjalanannya kemudian mempertemukannya dengan T. S. Eliot, Salvador Dali, Djuna Barnes, Belmonte dan beberapa orang terkenal lainnya di suasana kota Paris yang redup dan romantis.
Tentu saja cerita itu tidak dipercaya oleh Inez. Walaupun demikian, hal itu membuatnya bisa "membetulkan" penjelasan sejarah tentang sebuah lukisan yang dibuat oleh Pablo Picaso yang kebetulan dilihatnya ketika Ernest Hemingway mengajaknya ke rumah Gertrude Stein. Saat itu, Pablo tengah meminta pendapat Gertrude tentang lukisan itu.
Walaupun film ini hanya berdurasi satu jam lebih tiga puluh menit, film ini bisa merangkum sebagian kisah dan mempertemukan semua orang terkenal yang pernah ada di zaman-zaman sebelumnya, terutama hal menarik yang terjadi antara Ernest dan Adriana.
"Midnight in Paris" memberikan kesan bahwa orang-orang di masa sekarang akan selalu rindu dengan masa sebelumnya. Seperti Gil yang menganggap bahwa tahun 1920-an adalah masa keemasan yang pernah ada dan seperti Adriana yang ingin hidup di tahun 1890-an, sementara orang-orang di tahun itu menganggap bahwa zaman keemasan sesungguhnya adalah zaman Renaiassance.
"Midnight in Paris" membuat juga membuat saya ingin mengunjungi Paris walaupun hanya sekali seumur hidup menikmati redup kota yang romantis di malam hari dan mengunjungi tempat-tempat dengan arsitektur zaman dahulu, seperti Gil yang ingin tinggal di Paris dan menikmati berjalan kaki mengelilingi Paris ketika hujan.
Yah, Paris bisa menjadi kota yang indah bagi kekasih yang saling mencintai dan bisa mengakhiri sebuah hubungan jika salah satu pihak tidak bisa menikmati Paris seperti yang terjadi dengan Gil dan Inez. Walaupun akhir film ini terdengar buruk, Anda tidak akan menganggapnya demikian ketika Anda telah selesai menonton film ini.
Dari film ini, Anda akan menyukai Paris di malam hari dengan lampu yang redup dan gerimis yang seolah tidak akan membuat Anda kedinginan.
Mungkin dengan selesainya film ini Anda juga akan mulai menyukai hujan dan lampu redup di malam hari.
Yang jelas, "Midnight in Paris" amat sangat membuat saya semakin ingin pergi ke Paris, dan juga berharap bisa bertemu dengan orang-orang terkenal itu. Selain itu, film inilah yang memberikan motivasi bagi saya untuk menulis tentang film ini sendiri.
Penilaian dan keputusan berada di tangan Anda. Saya di sini hanya bertugas untuk memberikan gambaran indah tentang film ini dan Paris. Saya tidak bisa memberikan penilaian lebih dari itu karena setiap detik film ini ditampilkan dengan sangat indah.
Gambar diambil dari Netflix
0 Komentar