Perjalanan yang memakan waktu sekitar 15 jam ini kami lakukan di malam hari. Rute Jawa Barat-Jawa Timur tidak terlalu menyenangkan bagi orang yang tidak menyukai kemacetan. Tol Jagorawi pada hari Minggu malam cukup sesak. Dipenuhi kendaraan yang baru pulang dari Puncak menuju Jakarta, sepertinya. Pintu tol menuju luar Jakarta pun tak ubahnya seperti antrean sembako yang telah mengular, sangat panjang dan menyebalkan. Membuat siapa pun yang mengalaminya akan mengalami kelelahan yang tidak wajar. Kelelahan karena menunggu antrean yang merayap yang hanya mempersilahkan satu demi satu kendaraan untuk lewat. Itu akan menjadi lebih menyebalkan ketika ada masalah di bagian tol di mana sopir tidak membawa kartu tol.
Setelah keluar dari tol Jagorawi, keadaan sudah agak mendingan. Perjalanan lancar dengan kecepatan sekitar 100 km/jam. Lagi pula, tidak terlalu banyak orang yang melakukan perjalanan semalam itu ke luar Jakarta walaupun masih bisa dikatakan bahwa banyak kendaraan yang tercecer di sana sini.
Hal yang paling riskan dari sebuah perjalanan adalah ketika kita berada di tengah tol dan bar bensin sudah menunjukkan indikator kekhawatiran, tapi kita masih belum melihat tanda-tanda adanya SPBU. Udara dingin dalam mobil seketika tidak mampu lagi mendinginkan hawa panas dalam tubuh walaupun kulit masih terasa dingin. Untungnya, indikator dalam bentuk garis tersebut masih menunjukkan jumlah bensin yang cukup banyak untuk mengantarkan kita menuju SPBU terdekat yang jaraknya cukup jauh.
Hal kedua yang cukup mengkhawatirkan adalah tidak adanya hiburan dalam mobil. Ketika permainan dalam gadget sudah begitu membosankan dan semua teman baru saja tertidur sehingga tidak ada teman untuk diajak mengobrol, rasa kantuk pasti tidak dapat ditahan lagi. Kita tidak bisa mengajak ngobrol sopir begitu saja ketika kita tidak memiliki ketertarikan atau pengetahuan yang sama dengan sopir karena itu akan mengganggu konsentrasinya jika dia terus-menerus mengobrol dengan kita, walaupun sebenarnya sopir adalah orang yang paling harus diajak mengobrol untuk mempertahankan keterjagaannya saat menyetir. Selain itu, bagi seseorang yang terbiasa tidur di nyaman di kasur empuk dan akan dengan mudah terbangun oleh sedikit goncangan saja, tidur di mobil dengan suspensi berlebihan akibat jalan yang tidak rata sungguh mustahil dilakukan. Sehingga tidur selama perjalanan kurang lebih 15 jam hanya mungkin dilakukan dalam keadaan kantuk dan lelah yang benar-benar tidak bisa ditahan. Karena cukup menyebalkan jika kita berkali-kali harus terbangun karena kolam-kolam kecil yang terbentuk secara alami akibat siang yang melelehkan aspal dan malam yang mengeraskannya.
Hal berikutnya yang cukup penting dalam sebuah perjalanan panjang dan masih berhubungan dengan hal sebelumnya adalah membawa bantal-bantal kecil. Walaupun bantal-bantal itu tidak cukup efektif untuk meredakan goncangan-goncangan kendaraan di atas aspal yang membuat kita melompat-lompat, itu cukup efektif untuk menambah rasa tenang dan kesabaran pada diri kita ketika tubuh kita menghantam benda keras seperti kerangka mobil maupun dudukan. Siapa yang tidak kesal dengan hantaman-hantaman itu?
Jika kita tergolong orang-orang yang suka mabuk darat, maka selalu sediakan plastik di dalam mobil untuk berjaga-jaga jika kita lupa meminum obat sebelum berangkat atau untuk bersiap-siap ketika kita harus melakukan perjalanan dadakan sehingga tidak sempat membeli obat, seperti yang saya lakukan.
Masih terkait dengan orang yang suka mabuk, ada baiknya jika kita membeli banyak camilan yang bisa dibeli di toko-toko swalayan yang tercecer di sepanjang jalan. Perut orang yang suka mabuk akan mudah terisi angin yang membikin mual. Saran camilan terbaik saya adalah: jeruk dan cabai. Minuman jeruk dan camilan tahu goreng yang dimakan dengan cabai pedas bisa menjadi pilihan untuk menenangkan perut yang mulai bergejolak. Akan lebih baik lagi jika keduanya dimakan sebelum mulai mual. Jika tidak ada buah jeruk, kita bisa menggantinya dengan buah lain atau makanan lain yang sifatnya asam, seperti manisan mangga muda, asinan bogor, atau apapun. Namun, walaupun susu bersifat asam, jangan mengonsumsinya di tengah perjalaan karena itu hanya meningkatkan rasa mual. Sifat asam yang saya maksud di sini adalah yang langsung menimbulkan asam dalam perut. Tentunya ini berhasil jika kita tidak memiliki masalah dengan makanan asam dan pedas.
Hal selanjutnya terkait dengan sopir. Kita harus memperhatikan kesejahteraan sopir yang terus-menerus membuang energinya. Ada terdapat banyak tempat istirahat di sepanjang tol dan jalan. Walaupun merasa masih muda, sopir juga manusia yang membutuhkan istirahat dan makan. Tempat istirahat tidak dibangun sebagai tempat istirahat, makan, atau salat saja, tetapi juga untuk menjelaskan bahwa stamina sopir berpengaruh pada keselamatan berkendara. Jika sopir terlalu lelah dan mengantuk, siapa yang bisa tahu apakah sopir tidak lupa menyalakan lampu sein ketika akan menyalip atau berbelok, melihat rambu-rambu dengan jelas, menyadari ada kendaraan lain di sampingnya, dan sebagainya.
Gambar diambil dari Pixabay
0 Komentar