Mencintaimu,
bukan dengan sekeping mawar
atau dengan sebongkah emas.
Bukan pula dengan kepedihan,
atau kebahagiaan.
itu sekadar bumbu.
Mencintaimu,
ibarat mentari yang bertugas menyinari bumi.
ibarat langit yang senantiasa menyelimuti bumi.
pun seperti gunung es yang tampak mungil dari daratan,
namun tinggi tak terkira dari kedalaman.
Mencintaimu,
itu ikatan takdir yang digariskan Tuhan bagiku.
selayaknya sebuah kisah yang harus kulakui.
sebuah aksi yang harus terjadi.
tak bisa dilogika.
dan aku tak perlu logika.
Mencintaimu,
Seperti rembulan yang bersinar sesuka hatinya.
Pun seperti mentari yang menyengat raga.
Tanpa perlu campur tangan manusia.
Ibarat air yang mengalir di bebatuan terjal.
Burung-burung terbang di bawah cahayanya.
Pohon-pohon tumbuh di bawah cahayanya.
Manusia saling berterik di bawah cahayanya.
Mendung terkikis,
Angin lewat,
Anjing menggonggong,
Kucing mengeong,
Kuda berlari,
Tupai melompat,
Ulat makan daun,
Ayam kawin,
Telpon berdering
di bawah cahayanya.
Mencintaimu,
tak perlu kaidah manusia.
Semua hanya pelengkap.
Kita serahkan saja kepada Yang Kuasa.
Dia lebih tahu.
Seperti hati kita,
kadang membisu,
namun senang main mata.
Kesukaan tak bisa disembunyikan,
meski berusaha ditahan.
Mencintaimu,
seperti pohon yang tak gentar akan auman singa.
Dia berdiri kokoh.
Kecuali sudah waktunya.
Malam datang,
dan kepedihan tiba.
air mata ibarat hujan.
ada waktunya terkikis,
biar mentari cerah lagi,
biar rembulan bersinar lagi.
tak usah takut.
biar alam tersenyum.
kita terus berjalan.
biar di dalam gua,
apa kata Tuhan sajalah...
bukan kata manusia!
0 Komentar